STORI HITS – Pilkada Sumba Barat Daya (SBD), seperti pemilihan kepala daerah lainnya di Indonesia, bukan hanya menjadi ajang kontestasi politik biasa.
Pilkada SBD juga merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk memilih pemimpin yang diharapkan mampu membawa perubahan positif.
Dalam konteks daerah yang sangat plural, seperti Kabupaten SBD, Nusa Tenggara Timur (NTT) peran politik oikumene sangatlah penting dalam menjaga kerukunan dan keberagaman masyarakat.
Konsep Politik Oikumene
Politik oikumene berasal dari istilah “oikoumene” dalam bahasa Yunani yang berarti “rumah bersama”.
Dalam konteks politik, oikumene berfokus pada kesatuan, persaudaraan, dan kerjasama lintas agama dan budaya demi mencapai kesejahteraan bersama.
Di wilayah dengan keragaman agama, adat, dan etnis seperti Kabupaten SBD, konsep ini menjadi sangat relevan.
Politik oikumene mengedepankan kesatuan di atas perbedaan dan memastikan semua golongan masyarakat merasa terwakili dalam proses politik.
Keberagaman di Kabupaten SBD
Kabupaten SBD merupakan wilayah dengan masyarakat yang hidup dalam keragaman budaya dan agama.
Mayoritas penduduknya menganut Kristen, baik Protestan maupun Katolik, namun ada juga komunitas Muslim dan penganut kepercayaan lokal.
Keberagaman ini harus dikelola dengan bijaksana agar tidak menjadi sumber konflik, terutama dalam masa-masa panas seperti Pilkada.
Politik oikumene berperan penting dalam menjaga keberagaman ini tetap harmonis.
Melalui pendekatan oikumene, para calon kepala daerah diharapkan mampu menawarkan visi dan misi yang inklusif, tanpa memandang latar belakang agama atau etnis.
Ini penting agar Pilkada tidak hanya berfokus pada kepentingan segelintir golongan, tetapi benar-benar mencerminkan aspirasi seluruh masyarakat.
Peran Pemimpin dalam Politik Oikumene
Seorang pemimpin yang menerapkan politik oikumene dalam kepemimpinannya akan lebih mampu menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh elemen masyarakat.